Monday, July 25, 2011
Asyik
Puji dan memuja
Dilindung dan dibuka
Rahsiakan tetap rahsia
Indah bukan rupa
Harum bukan bunga
Manis bukan gula
Panas bukannya bara
Cintakan tetap cinta
Sejak aku kenali
Cintamu yang suci
Aku telah berjanji
Tak berpaling lagi
Akan aku genggam api
Hingga jadi besi
Dan nyata sebati
#Gelap bukan malam
Terang bukan siang
Satu tak terbilang
Hanyut tak terenang
Waktu tak terasa
Rindu tak terkata
Asyiknya cinta
Dan hanya kepadamu
Kuserah jiwa ragaku
Walau berjuta seteru
Tak kuragu
(ulang #)
Di Sana Menanti Di Sini Menunggu
Seumur hidup aku
Ini yang pertama
Pintu hatiku diketuk
Oleh dua wanita
Punyai ciri selama ini ku cari
Berbeza wajah ayunya tetap asli
Kalau ku pilih di sini
Apa kata di sana
Kalau ku pilih di sana
Di sini akan terluka
Perlukah aku pilih keduanya
Bahagi kasih adil-adilnya
#Sungguh ku merasa resah
Untuk menilai sesuatu yang indah
Namunku ada pepatah
Yang aku gubah…
Di sana hanyalah menanti
Sampai bila pun ku tak pasti
Bertanya khabar melalui tinta
Jarang sekali bertemu muka
Namunku tahu dia setia
Dan di sini tetap menunggu
Berada jelas di mataku
Kasih tak luak terhadap aku
Sanggup menunggu kata putusku
Sayang ketabahanmu menawanku
( ulang # )
Ku terima satu nota
Ringkas tulisannya
Dia sedia undur diri
Dan memaafkanku
Katanya anggap ini satu mimpi
Yang datang sekadar…
Untuk menguji…
Haruskah Kita Berpisah
Rindu padamu kasih
Puas ku cuba menghubungimu
Namun kau diam membisu
Apa salahnya diri ini
Kau seksakan hidupku
Pergimu tika ku memerlukan
Cebisan kasih dan sayang
Aku inginkan cinta yang berkekalan
Kau damba perpisahan
Ooo... ooo... ooo...
Menangis hatiku menangis
Mendengarkan khabar hiba
Terhiris jiwaku terhiris
Mengalir airmata
#Sayang mengapa buat begini
Di saat rindu merah menyala
Kasih kusangka kau 'kan setia
Rupanya dikau bersandiwara
Sayang haruskah kita berpisah
Angkara orang ketiga
Janganlah kau pergi dariku kasih
Kerana kau masih kucinta
Ooo... ooo... ooo...
Sepi/Rindunya ku saat ini
Diri tersisih jauh
Kau tetap dengan keegoanmu
Untuk meninggalkan aku
Hmm... hmm...
Haruskah kita berpisah
(ulang #)
Rahsia Pohon Cemara
Cintaku padamu
Hanya kerna kau ratu laksana
Di singgahsana
Di tasik ini, di pohon cemara
Yang teguh meninggi
Bagai harapan ku kepadamu
Sekian lama
#Akan kuserah cinta abadi
Menyerlah sinar malam sepimu
Agar menjadi penawar lukamu
Warna hatimu
Akan kubawa kau mengembara
Menerokai alam asmara
Mengubu kota
Cinta kita
Genggam erat jajiku
Sematkan di dalam hatimu
Moga cinta makin mekar
Mengharumkan hidupmu
(ulang #)
Monday, July 18, 2011
Pusara Di Lebuh Raya
Dalam perjalan ini
Menuju destinasi
Berbagai lebuhraya dilalui
Perjalananku terhenti
Di lebuhraya ini
Terpandang pusara diam menyepi
Terbayanglah kisah lalu
Bila kau disampingku
Bagaikan temasya dalam hidupku
Kini cinta tiada lagi
Berkubur dalam sepi
Dan pusara ini menjadi bukti
#Betapa aku lemah di sini
Melihat cinta ini pergi
Di sini bermula bicara
Terpedaya
Dan bicara itu membunuhnya
Kini engkau tiada lagi
Yang tinggal hanya mimpi
Dan cintaku yang telah bersemadi
Ku teruskan perjalanan
Ku tinggalkan impian
Ke arah tujuan cinta abadi
(ulang #)
Taman Astakona
Taman permainan masa kecil dulu
Sisip senyum mu
Kemanisan tanpa gula
Meninggalkan seribu keresahan
Kala gerimis menitis di hati
Kenangan lenyap tanpa sedar
Mungkinkah ada lagi
Saat saat indah itu
Agar dapat kita bersama lagi
*Dalam kelam engkau datang
Memujuk hati yang sepi
Dalam terang engkau hilang entah ke mana
Andai kata hanya mimpi
Mengusik kenangan silam
Mengapa hangat tangan mu ku terasa
Namamu kuukir di pohon di tepi taman
Sebagai hiasan lambang cinta yang terlarang
Semoga kau terlihat tika melintasi taman
Sebagai tanda percintaan abadi
Ataupun pada malam
Namun nan cahaya purnama menyuluh
Ukiran yang memanggil sejuta seri
Yang menghias taman ini
Penuh dengan cahaya misteri
Kekosongan hingga ia
Kesepian
Harumnya mawar menyulam asmara
Harum cempaka kesayuan
Di taman astakona yang tiba-tiba menyepi
Mungkinkah akan begini selamanya
(ulang * )
Taman Astakona
Taman permainan masa kecil dulu
Sisip senyum mu
Kemanisan tanpa gula
Meninggalkan seribu keresahan
Kala gerimis menitis di hati
Kenangan lenyap tanpa sedar
Mungkinkah ada lagi
Saat saat indah itu
Agar dapat kita bersama lagi
#Dalam kelam engkau datang
Memujuk hati yang sepi
Dalam terang engkau hilang entah ke mana
Andai kata hanya mimpi
Mengusik kenangan silam
Mengapa hangat tangan mu ku terasa
Namamu kuukir di pohon di tepi taman
Sebagai hiasan lambang cinta yang terlarang
Semoga kau terlihat tika melintasi taman
Sebagai tanda percintaan abadi
Ataupun pada malam
Namun nan cahaya purnama menyuluh
Ukiran yang memanggil sejuta seri
Yang menghias taman ini
Penuh dengan cahaya misteri
Kekosongan hingga ia
Kesepian
Harumnya mawar menyulam asmara
Harum cempaka kesayuan
Di taman astakona yang tiba-tiba menyepi
Mungkinkah akan begini selamanya
(ulang #)